Pages


knowledge is not power, applied knowledge is real power

Nggak tahu ada angin apa, tiba-tiba saat lagi makan siang di pinggir jalan, saya memikirkan sebuah hal ini:
“Apakah yang orang pikirkan saat pertama kali mendengar kata engineer atau insinyur?”
Hal yang pasti terbayang dalam benak kita adalah orang yang pandai merancang-bangun sebuah rumah atau gedung, yang kerap kita sebut sebagai insinyur sipil, atau mungkin sosok yang jago mengutak-atik mesin, yang biasa kita sebut sebagai insinyur mesin. Masih banyak ins­­­­inyur-insinyur lainnya — kalau mau disebut, insinyur listrik, insinyur kimia, insinyur perminyakan, dan ahh banyak lah.
Kita kembali ke acara makan siang saya tadi. Saat tukang mie lagi memasak, ternyata dia mengalami masalah dengan kompornya sehingga saya yang seharusnya bisa menikmati makanan dalam 10 menit terpaksa harus menunggu hingga 20 menit.
“I wonder kalau saja ada salah satu mahasiswa insinyur dipanggil untuk membetulkan kompor itu saat itu. Apakah dia bisa memperbaikinya?”
Di bayangan saya, kemungkinan besar si mahasiwa insinyur itu akan berkata, “Mas, makanannya lain kali saja,” sambil pergi berlalu meninggalkan si tukang mie yang kebingungan dengan masalah kompornya. Wajar bukan? Sang mahasiswa insinyur datang untuk makan dan bukan untuk memperbaiki kompor.
Berbicara tentang insinyur (engineer), apabila kita merujuk pada kamus Concise Oxford English Dictionary, definisi kata “engineer” ialah:
1) a person qualified in engineering,
2) a person who maintains or controls an engine or machine,
3) a skillful contriver.
Sedangkan definisi kata “engineering” ialah:
1) the branch of science and technology concerned with the design, building, and use of engines, machines, and structures; the practical application of scientific ideas and principles.
2) a field of study or activity concerned with modification or development in a particular area. eg. software engineering.
Saya sengaja mencetak tebal kata-kata di atas untuk menekankan masalah “pengetahuan praktis” yang dimiliki oleh sang engineer. Dulu, jauh sebelum saya kuliah, saya begitu terkagum-kagum dengan sebuah film yang berjudul Macgyver. Di film itu diceritakan bahwa ada seseorang yang bernama Macgyver, yang notebene bukan seorang engineer, namun mampu mengakali situasi dengan pengetahuan praktis yang dimilikinya. Sejak menonton film itu, muncul keingingan di benak saya untuk menjadi seorang insinyur karena kesannya yang sangat keren dan cerdik. Bayangkan saja apabila kita di setiap kesulitan selalu mendapati cara untuk menyiasati masalah dengan “pengetahuan-pengetahuan praktis”. Sangat hebat, bukan? Dan ada film lain yang cukup berpengaruh terhadap pandangan saya: “Si Doel Anak Sekolahan 1″. Walaupun lebih banyak bercerita tentang si Doel dan Zaenab versus Sarah, di film inilah saya pertama kali mengenal istilah “insinyur”.
Kalau dipikir-pikir, saya sering bertanya kepada diri saya sendiri apakah pengetahuan yang saya terima di kuliahan masih kurang cukup memadai untuk menangani sekedar masalah “kompor”. Salah satu dosen saya pernah berkata bahwa know-how jauh lebih berharga ketimbang knowledge . Bahkan ada pepatah yang mengatakan: knowledge is not power, applied knowledge is real power. Terkadang saya berpikir apakah yang saya saya terima di bangku kuliah cenderung kurang menekankan hal-hal yang bersifat praktis dan terlalu njelimet too much theory but less action.
Apakah kuliah 4,5 tahun kita bisa dikatakan tidak bermanfaat? Ya nggak juga sih.. Kuliah 4,5 tahun tidak bisa dibilang nggak ada manfaatnya. Hal yang justru harus diperhatikan ialah pentingnya dibangun rasa kepedulian terhadap hal-hal yang terlihat sepele; dan hal itu dipupuk dari masa kuliah. Saya percaya apabila kepedulian semacam ini sudah dibangun dalam setiap diri mahasiswa, maka kedepannya akan benar-benar ada practical engineer yang bisa memberi solusi bagi masalah rakyat. Bukan tidak mungkin bila di masa depan ada jurusan stove engineering, insinyur yang tahu cara membuat kompor menjadi efisien dan mudah dibetulkan, atau mungkin juga juice engineering, insinyur pangan yang ahli dalam membuat jus menjadi makanan yang sehat dan bergizi dan bukan untuk skala pabrik saja tapi juga untuk skala rumah tangga.
Kita sebagai engineer dan calon engineer harus bersikap rendah hati dan mau terus belajar. Jangan sampai kita tahu cara membuat pesawat tapi bingung kalang kabut ketika kompor di rumah sendiri rusak.
 
Copyright © Chemical Engineer. Design by Best Website Design
Buy Traffic and Templates On Sales